RSS

Senin, 06 Desember 2010

Mahmud Salamah, Hafidh Quran Terkecil di Gaza

Mahmud Ahmad Salamah bocah kelas lima SD memulai kehidupannya bersama Al-Quran sejak usia empat tahun. Ia membuka mushaf Al-Quran dengan tepat tanpa bantuan siapapun.

Salamah yang kinii 11 tahun mulai menghafal Al-Quran dengan dorongan orang tuanya. Hanya dua hari setelah ia mulai ikut resmii menghafal Al-Quran di masjid Ar-Rahmah di kampung Al-Amal barat Khan Yunis, Allah memanggil nyawa orang tuanya. Tinggallah si yatim kehilangan orang tuanya dan berhenti menghafal Al-Quran. Namun tak lama, semangat dan cita-citanya menghafal Al-Quran menggelora dengan dorongan salah satu kawannya di kelas tiga saat itu.

Ahad lalu (12/9) Mahmud Salamah adalah di antara para hufadh yang paling menonjol dalam menerima penghargaan dalam acara wisuda 24 ribu penghafal Al-Quran selama tahun ini.

Mahmud kemudian ikut dalam halaqah hifdhul quran di masjid Abu Dzar Al-Ghifari di barat Khan Yunis. Ia menyelesaikan Al-Quran secara penuh selama 9 bulan antara 1 Desember 2007 hingga 31 Agustus 2008 dan masuk dalam daftar ensiklopedi hufadh di Gaza sebagai penghafal terkecil. Ia mendapatkan pernghargaan dari Dinas Wakaf dan Urusan Agama dan PM Palestina Ismail Haniya.

Kedua orang tuanya adalah guru yang mendorongnya menghafal Al-Quran. “Kakek saya mendorong saya menghafal Al-Quran, demikian juga ayah dan ibu saya mendorong hal yang sama.” Tegasnya.

“saya mulai menghafal Al-Quran dengan bertahap. Saya mulai dari surat-surat pendek dan mudah. Saya menemukan beberapa kesulitan ketika surat panjang. Tapi kemudian terbiasa dan menjadi mudah.”

Dunia Lain

Mahmud menceritakan pengalamannya, “saat memegang mushaf saya merasa berada di dunia lain, dunia Islam, dunia agama, kehidupan hakiki. Saya nasihati generasi sekarang agar peduli dengan menghafal Al-Quran karena ia sumber kekuatan dan akan mendatangkan kemenangan pasti.”

Mahmud menjadi terkenal di masjid tempatnya shalat. Ia dipanggil “maulana” dan dicintai oleh semua orang. Mereka mencium keningnya. Meski demikian, Mahmud terlahir dengan jantung berlubang.

Kamis, 02 Desember 2010

Kisah Nyata Dari Madinah

Kadang apa yang tidak kita sukai, akan memberikan kebaikan yang banyak.Semuanya sudah diatur oleh Allah Yang Maha Penyayang.Demikian juga dengan memiliki anak yang cacat.Secara zhohir kita tidak suka, tetapi bisa jadi akan mendatangkan cinta kita kepadanya dan cinta kepada Allah yang sangat besar.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS Al Baqarah : 216)

Demikian juga yang di alami seorang penduduk Madinah dewasa ini yang berusia 37 tahun, telah menikah, dan mempunyai beberapa orang anak. Ia termasuk orang yang suka lalai, dan sering berbuat dosa besar, jarang menjalankan shalat, kecuali sewaktu-waktu saja, atau karena tidak enak dilihat orang lain. Penyebabnya, tidak lain karena ia bergaul akrab dengan orang-orang jahat dan para dukun. Tanpa ia sadari, syetan setia menemaninya dalam banyak kesempatan.

Ia bercerita mengisahkan tentang riwayat hidupnya: "Saya memiliki anak laki-laki berusia 7 tahun, bernama Marwan. Ia bisu dan tuli. Ia dididik ibunya, perempuan shalihah dan kuat imannya. Suatu hari setelah adzan maghrib saya berada di rumah bersama anak saya, Marwan. Saat saya sedang merencanakan di mana berkumpul bersama teman-teman nanti malam, tiba-tiba, saya dikejutkan oleh anak saya. Marwan mengajak saya bicara dengan bahasa isyarat yang artinya,


"Mengapa engkau tidak shalat wahai Abi?"

Kemudian ia menunjukkan tangannya ke atas, artinya ia mengatakan bahwa

"Allah yang di langit melihatmu".

Terkadang, anak saya melihat saya sedang berbuat dosa, maka saya kagum kepadanya yang menakut-nakuti saya dengan ancaman Allah. Anak saya lalu menangis di depan saya, maka saya berusaha untuk merangkulnya, tapi ia lari dariku. Tak berapa lama, ia pergi ke kamar mandi untuk berwudhu, meskipun belum sempurna wudhunya, tapi ia belajar dari ibunya yang juga hafal Al-Qur'an. Ia selalu menasihati saya tapi belum juga membawa faidah. Kemudian Marwan yang bisu dan tuli itu masuk lagi menemui saya dan memberi isyarat agar saya menunggu sebentar, lalu ia shalat maghrib di hadapan saya. Setelah selesai, ia bangkit dan mengambil mushaf Al-Qur'an, membukanya dengan cepat, dan menunjukkan jarinya ke sebuah ayat (yang artinya):


"Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa adzab dari Allah Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaithan" (QS. Maryam: 45).

Kemudian, ia menangis dengan kerasnya. Saya pun ikut menangis bersamanya. Anak saya ini yang mengusap air mata saya. Kemudian ia mencium kepala dan tangan saya, setelah itu berbicara kepadaku dengan bahasa isyarat yang artinya,

"Shalatlah wahai ayahku sebelum ayah ditanam dalam kubur dan sebelum datangnya adzab!"

"Demi Allah, saat itu saya merasakan suatu ketakutan yang luar biasa. Segera saya nyalakan semua lampu rumah. Anak saya Marwan mengikutiku dari ruangan satu ke ruangan lain sambil memperhatikan saya dengan aneh. Kemudian, ia berkata kepadaku (dengan bahasa isyarat),

"Tinggalkan urusan lampu, mari kita ke Masjid Besar (Masjid Nabawi)."

Saya katakan kepadanya, "Biar kita ke masjid dekat rumah saja." Tetapi anak saya bersikeras meminta saya mengantarkannya ke Masjid Nabawi.


Akhirnya, saya mengalah kami berangkat ke Masjid Nabawi dalam keadaan takut. Dan Marwan selalu memandang saya.Kami masuk menuju Raudhah. Saat itu Raudhah penuh dengan manusia, tidak lama datang waktu iqamat untuk shalat isya', saat itu imam masjid membaca firman Allah (yang artinya),


"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan keji dan munkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui" (QS An-Nuur: 21).


Saya tidak kuat menahan tangis. Marwan yang berada disampingku melihat aku menangis, ia ikut menangis pula. Saat shalat ia mengeluarkan tissue dari sakuku dan mengusap air mataku dengannya. Selesai shalat, aku masih menangis dan ia terus mengusap air mataku. Sejam lamanya aku duduk, sampai anakku mengatakan kepadaku dengan bahasa isyarat, "Sudahlah wahai Abi!" Rupanya ia cemas karena kerasnya tangisanku. Saya katakan, "Kamu jangan cemas." Akhirnya, kami pulang ke rumah. Malam itu begitu istimewa, karena aku merasa baru terlahir kembali ke dunia.


Istri dan anak-anakku menemui kami. Mereka juga menangis, padahal mereka tidak tahu apa yang terjadi.

Marwan berkata tadi Abi pergi shalat di Masjid Nabawi. Istriku senang mendapat berita tersebut dari Marwan yang merupakan buah dari didikannya yang baik.

Saya ceritakan kepadanya apa yang terjadi antara saya dengan Marwan. Saya katakan:

"Saya bertanya kepadamu dengan menyebut nama Allah, apakah kamu yang mengajarkannya untuk membuka mushaf Al-Qur'an dan menunjukkannya kepada saya?"


Dia bersumpah dengan nama Allah sebanyak tiga kali bahwa ia tidak mengajarinya. Kemudian ia berkata:

"Bersyukurlah kepada Allah atas hidayah ini."

Malam itu adalah malam yang terindah dalam hidup saya. Sekarang -alhamdulillah saya selalu shalat berjamaah di masjid dan telah meninggalkan teman-teman yang buruk semuanya. Saya merasakan manisnya iman dan merasakan kebahagiaan dalam hidup, suasana dalam rumah tangga harmonis penuh dengan cinta, dan kasih sayang.Khususnya kepada Marwan saya sangat cinta kepadanya karena telah berjasa menjadi penyebab saya mendapatkan hidayah Allah."
Subhanallah...

Anak itu memantulkan cahaya Allah pada ayahnya....
Meski dia buta dan tuli, tapi masih punya mata dan hati.Meski dia cacat tapi dia sempurna di hadapan Allah.
Mungkin itu pelajaran kita semua menilai orang itu jangan dari segi phisiknya saja.
Dan kita yang tidak cacat seharusnya lebih mudah menerima hidayah.
Atau kalau tidak mau memanfaatkan untuk mendapat hidayah...
Jangan-jangan hawa nafsu kita yang sudah dituhankan.

"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (QS Al Jatsiyah : 23)

Wallahu a'lam bi showab

Senin, 29 November 2010

KALO GEDE MO JADI APA, NAK?

Hanan, yang berumur 10 tahun, tampak muram sekembali dari bermain dengan teman-temannya di sore hari.
Di rumah, orangtuanya pun merasa khawatir, karena raut wajahnya tidak seperti biasanya.
"Nan, Kamu capek ya, Nak?" kata Ibu.
"Enggak kok Bu...!"
"Masak anak sholeh lesu gituh? Harusnya ceria dong!" ujar Ayah.
"Mmmhh.... Ayah!... Apa jadi Koki itu cita-cita yang gak tinggi yah?"
"Memangnya kamu nanti gede mau jadi Koki?"
Hanan terdiam tambah muram.
"Jadi Koki juga bagus kok, Nak! Sama tingginya dengan cita-cita yang lain. Apalagi jadi Koki yang sholeh. Yang selalu masak masakan yang halal, baik dan enak..!" kata Ibu sambil mengelus bahu Hanan.
"Tadi Pak Agus di sebelah nanya... Kalo udah gede Hanan mau jadi apa?... Terus Hanan bilang mau jadi Koki... Terus Pak Agus dan teman-teman tertawa... Kata Pak Agus kalau cita-cita harusnya yang tinggian lagi...! Kok jadi koki?...Itu gak sukses namanya!"
"Hanan... Sukses itu ukurannya bukan hasilnya... Tapi profesional melakukan pekerjaan tersebut!" kata Ayah.
"Profesional...?"
"Ih, Ayah neh! Mana ngerti dia apa itu profesional!"
"Mmmmh... Gimana yah bahasa mudahnya?... Gini Nak...! Kalau kamu menjadi Koki dengan sungguh-sungguh dan dengan usaha yang baik... Justru sama tingginya dengan cita-cita yang lain... Dan bahkan mengalahkan semuanya kalo kamu sholeh..."
"Iya Nak, Ayah dan Ibu tidak nuntut kamu harus jadi apa... Ayah dan Ibu pasti mendukung kamu apapun itu... Yang penting bagi kami, kamu jadi anak yang sholeh... Itu saja yang menjadi perhatian Ayah dan Ibu..."
"Iya Nan, Kamu sukses dunia dan sukses akhirat, itu syukur alhamdulillah... Tapi kalaupun di dunia tidak sukses, yang penting kamu sukses akhiratnya! Itu saja Ayah dan Ibu sudah bersyukur sekali dan bangga dengan diri kamu!"
Hanan mengangguk.
"Kamu ngerti, Nan? Apa yang tadi Ayah bilang?" tanya ibu.
"Dikit-dikit..."
"Tuh khan Ayah, pake bahasa yang mudah dikit dong!"
"Nngggg!" Ayah menjadi kebingungan.
"Gak apa-apa kok, Bu! Mungkin maksudnya yang penting Hanan jadi anak yang sholeh khan? Terus harus bersungguh-sungguh!"
"Subhanallaah!!! Sudah sholeh, anak ibu cerdas juga yah! Kayak Ibunya! Hehehe..." ujar Ibu sambil melirik ke Ayah.
Ayah pun hanya bisa "memble".
 

Ibu Perkasa Pencari Nafkah

Saya trenyuh melihatnya menggendong barang dagangan sedemikian banyak. Bakul, tampah, kipas, aseupan semua barang terikat selembar kain panjang lusuh. Berjejalan membebani punggung. Perniagaannya dimulai selepas subuh. Perjalanan yang kerap menaiki mobil bak terbuka yang ringkih, namun acapkali juga ditempuh dengan meretas jalan menurun dan mendaki selama dua jam untuk tiba di tempat tujuan. Transaksi dicari dengan cara berjalan dari satu rumah ke rumah yang lain, dari satu desa melewati desa berikutnya. Tawar menawar yang ketat dari pembeli hanya menghasilkan laba dua ribu rupiah per-item barang. Tak jarang malah hanya dijual modal saja, daripada dibawa pulang kembali akan sangat berat dan repot ujarnya. 

Selepas dzuhur, dia akan kembali ke rumah. Menjalani tugas berikutnya Sebagai seorang ibu dari tujuh orang anak. Suaminya sendiri bekerja sebagai penjaga kebun dan bercocok tanam pada ladang seadanya. 

Kedatangannya di rumah saya rutin pada pukul 11 siang. Tanpa bosan dia menjajakan barang dagangannya. Ada beberapa yang kami beli. Namun sayangnya, kami tidak membutuhkan untuk membeli barang tersebut setiap hari. Akan tetapi kami kadang mengharapkan kedatangannya. Paling tidak dia bisa mengaso di rumah kami. Merasakan semilir angin untuk mendinginkan badan yang tersengat terik. 

Segelas teh manis dan dan sedikit kue (jika ada) menemaninya melepas lelah. Kemudian, ibu saya akan menghidangkan sepiring nasi dengan lauk yang kami punya hari itu. Kami semua memintanya untuk tidak sungkan datang. Mudah-mudahan kami bisa menyuguhkan jamuan itu setiap kali dia ada. Kasihan jika laba yang tak seberapa harus berkurang lagi untuk biaya makan. 

Setelah beberapa minggu tidak muncul dikarenakan sakit, kali ini beliau datang seperti biasanya. Untunglah nasi dan lauk sudah matang. Segelas minum dan sepiring nasi hangat usai dinikmatinya. Sebelum beranjak pergi dia memaksa kami untuk menerima bakul dagangannya sebagai tanda terima kasih. Saya menolak dengan halus, sungguh kami belum membutuhkan itu. 

"Kalau begitu tampah saja ya, ambil Neng," beliau masih memaksa "Nggak usah Bu, terima kasih. Nanti kalau kami butuhkan, saya akan bilang ke Ibu. Jangan sungkan-sungkan, ibu mampir ya kalau sedang lewat ke sini." 

Dengan rasa segan yang tertahan dia kembali melanjutkan perjalanannya. Tumpukan barang yang menggunung di pungung mengharuskan dia untuk berkeliling lebih jauh. 

Saya hanya hendak bercermin dan memaksa hati agar bisa belajar dari setiap peran yang dijalani seorang wanita dari berbagai peran. Yaitu sosok wanita yang menjalani profesi sebagai ibu sekaligus pengemban tanggung jawab strategis sebagai pencari nafkah. 

Ibu itu sungguh perkasa. Berkeliling dalam segala cuaca. Ruang kerjanya adalah alam bebas yang tidak bisa disetel berapa derajat suhu yang diinginkannya. Perjalanan berkilo-kilo itu ditempuh tanpa tahu pasti berapa banyak nilai rupiah yang akan dibawa pulang. 

Kini, bandingkan dengan kita yang bekerja di dalam ruangan berpendingin. Kulit kita jarang tersentuh sengatan matahari. Kita tidak harus berjalan berkilo-kilo untuk mendapat gaji yang sudah pasti nilainya. Walaupun besaran penghasilan kita tidak sama, sebagian besar dari kita masih mendapatkan tunjangan makan, tunjangan pengobatan dan kenikmatan lain yang nyaris tidak dimiliki oleh para pedagang kecil yang berkeliling itu. 

Mungkin benar, tidaklah adil jika saya membandinglan dengan sosok ibu tersebut. Latar pendidikan kita berbeda, tingkat keterampilannya pun berbeda. Namun, jika selama ini gelisah dan rasa kurang sering menyergap, ke manakah perginya rasa syukur ini?  

Kamis, 25 November 2010

makna kata "AMIN" yg sesungguhnya

Dalam Bahasa Arab, ada empat perbedaan kata “AMIN” yaitu :



1. ”AMIN” (alif dan mim sama-sama pendek), artinya AMAN, TENTRAM


2. "AAMIN” (alif panjang & mim pendek), artinya MEMINTA PERLINDUNGAN KEAMANAN


3. ”AMIIN” (alif pendek & mim panjang), artinya JUJUR TERPERCAYA


4. “AAMIIN” (alif & mim sama-sama panjang), artinya YA TUHAN, KABULKANLAH DOA KAMI


Arti kesemuanya bermakna baik, tapi benar atau belum pemakaian kata² tersebut?

Supaya apa yang kita lafalkan benar dan sesuai dengan arti yang kita inginkan.

nah..berdasarkan pendapat Jumhur ulama, maka bacaan AMIN pada sholat adalah yang yang terakhir atau yang no.4, dan senabis kita berdoa maka dialfalkanya yg nomer 4 juga dan di pesbuk kalo kita menulis amin yg di nomer 4 juga, demikian semoga bermanfaat. Wallahu A'lam.

YANG TERMAHAL DALAM DO'A

Setelah shalat isya' tampak Fadli khusyu' sekali berdo'a. Hal itu mengundang perhatian seorang tua untuk mendekatinya.
Setelah Fadli berdo'a, ia lalu menegurnya dan bertanya.

 

"Apa yang kamu pintakan, sehingga engkau begitu khusyu'nya berdo'a?"

"Aku meminta kepada Allah supaya aku dimudahkan untuk menjemput rejeki yang melimpah, Kek! Di masa yang serba sulit ini, semua seakan serba mahal untuk aku memenuhinya."

" Moga para malaikat mengaminkan do'a hambanya yang teraniaya ini. Moga Allah mengijabah do'amu, Nak!"

"Aamiin ya Allah! Ya Rabbal 'alamiin!"

"Kamu mau tahu apa saja sebenarnya yang termahal, selain kesulitanmu yang kecil itu?"

"Adakah yang lebih mahal lagi?"

"Ada!"

"Apa itu, Kek?"

"Anugerah yang termahal adalah Hidayah dan Iman yang semakin menebal. 
Rejeki yang termahal adalah Ketentraman Jiwa. Berkah yang termahal adalah Keteguhan Hati. 
Bekal Hidup yang termahal adalah Kegemaran akan Ilmu Dien dan Ibadah yang Bertambah lagi Berkelanjutan. 
Amalan yang termahal adalah Taubat yang diringi dengan Kejujuran akan Kesalahan dan Keistiqamahan mentaati segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. 
Warisan termahal adalah Akhlaq Mulia. Akhlaq yang termahal adalah sikap Tawadhu' lagi Hanif. Perlindungan termahal adalah Perlindungan dari sifat Dengki lagi Tinggi Hati. 
Penjagaan termahal adalah Silaturahim dan Persaudaraan. 
Jihad termahal adalah Jihad terhadap Diri Sendiri. Hadiah termahal adalah Ridha Allah dan Perjumpaan denganNya. 
Kenapa tidak kau pintakan itu, selain yang kau pintakan tadi?"
Fadli terdiam. Serta merta ia pun terisak.

"Ya Allah! Kenapa aku selalu hanya meminta materi dan materi saja? Padahal ada yang lebih mulia lagi penting dari itu semua. Apa jadinya dengan materi, tapi tanpa itu semua. Dan apa jadinya tanpa materi, tapi tanpa itu semua."

"Semoga Allah sudi mencurahkannya merata kepada dirimu, Nak!"

Senin, 22 November 2010

Penampakan Mbah Petruk dalam Letusan Merapi (Sebuah Kesyirikan dalam Tragedi Merapi)


Subhanallah. Di antara bencana yang tengah melanda, masih saja ada orang-orang yang berbuat syirik kepada Allah. Mereka meyakini adanya sosok ghaib yang bernama Mbah Petruk yang memiliki andil dalam bencana yang tengah terjadi dan merupakan salah satu penguasa alam ghaib di gunung Merapi. Adapun yang lainnya meyakini bahwa letusan Gunung Merapi adalah wujud dari kemarahan Mbah Petruk “Si Penunggu Merapi”.

Na'udzubillaah. Ini adalah bencana di atas bencana. Bahkan lebih parah daripada bencana fisik yang melanda penduduk di sekitar Merapi, yakni bencana kesyirikan.

Dalam foto yang diambil oleh salah seorang warga Kecamatan Srumbung Magelang itu, awan itu menyerupai wajah Petruk, salah satu punakawan dalam pewayangan Jawa yang berhidung mancung.

Foto tersebut milik Suswanto (40), warga Dusun Anom, Desa Sudimoro, Kecamatan Srumbung, Magelang, Jawa Tengah. Dia mengaku mengambil foto tersebut Senin (25/10/2010) pukul 05.00 WIB dari rumahnya.

“Usai salat subuh, saya begitu melihat puncak Merapi kok ada awan bentuknya aneh. Langsung saya abadikan dengan kamera digital,” ujar Suswanto.

Suswanto kemudian memperlihatkan foto itu kepada beberapa tetangga desanya seperti di Desa Ngargosuko, Desa Salamsari, Desa Krajan, Desa Jengglis, Desa Kemiren , Desa Sumberrejo dan Desa Kaliurang.

“Beberapa sesepuh dan orang-orang tua desa menyatakan jika sudah terlihat kepala Mbah Petruk atau Nyai petruk yang sudah menagih janjinya maka akan terjadi letusan di puncak Gunung Merapi yang sangat besar,” tegas Suswanto.

Sugihartono, tetangga Suswanto, mengatakan warga setempat sangat mempercayai mitos Mbah Petruk atau Nyai Petruk. Mitos itu dipercaya secara turun-temurun.

Mitos itu terkait cerita tentang kekecewaan Raja Majapahit, Brawijaya terhadap Kerajaan Demak dalam kisah Sabdo Palono Genggong. Brawijaya saat itu ingin menyepi di Gunung Lawu namun diusir. Brawijaya akhirnya bersemedi di puncak Merapi.

Saat menyepi di Merapi, Brawijaya bertemu dengan seorang wanita tua yang konon disebut Nyai Petruk atau Mbah Petruk. “Mbah Petruk kemudian mengeluarkan sabda jika Ada pemimpin di sekitar Merapi yang tidak benar dirinya akan menagih janji,” ujar Sugihartono.

Sugihartono menjelaskan dalam foto itu kepala Mbah Petruk menghadap ke Selatan. Ini artinya letusan Merapi yang terbesar akan menimpa di Yogjakarta dan sekitarnya.

“Kucir belakang dan hidung tajamnya menghadap ke selatan, Yogjakarta. Maka diperkirakan yang akan mendapat akibat besar adalah kota Yogjakarta dan sekitarnya,” tegas Sugihartono. (54), sesepuh Dusun Gantan, Desa Ketunggeng, Kecamatan Dukun, Magelang menjelaskan Merapi secara filosifi dan metafisis dikuasai beberapa arwah dari orang yang mumpuni. Salah satunya Nyai Petruk atau Mbah Petruk yang menguasai bagian puncak bersama mahkluk gaib lainnya, Den Mas Anwar, anak dari Pangeran Samber Nyawa penguasa Gunung Lawu.

“Petruk menguasai kawah dan Den Mas Anwar menguasai bagian puncak sampai ke dalamnya,” tegas Mbah Diur.

Ada lagi tokoh ghaib lainnya yang diyakini berdiam di Gunung Merapi. Tokoh ghaib itu adalah pangeran Sambang Dalan, penguasa sisi kanan kiri lereng Merapi.(detik)

Dialah Allah Penguasa Jagad Raya

Firman Allah Ta’ala, “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu.” (QS. 3:189)

Syaikh As Sa’di menjelaskan makna ayat di atas, “Dialah pemilik dan raja yang menguasai langit dan bumi dan segala sesuatu di antara keduanya. Dengan berbagai macam jenis ciptaan sesuai dengan kesempurnaan kekuatan-Nya. Dialah pencipta semua makhluk, tidak ada satu pun yang dapat menghalagi dan melemahkan (apa yang menjadi kehendak-Nya).” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 16)

Juga firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Maidah ayat 120, “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu diantara keduanya. Dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu.”

Dan masih banyak lagi ayat dalam Al-Quran yang menyebutkan satu-satunya penguasa di langit dan di bumi ini hanyalah Allah Tabaraka wa Ta’ala.

Jika telah jelas Allah Ta’ala adalah satu-satunya Dzat yang menguasai langit dan bumi lantas kenapa masih ada di antara kaum muslimin zaman sekarang ini yang meyakini adanya penguasa selain Allah seperti penguasa Gunung Merapi atau pun penguasa laut selatan?

Letusan Merapi Merupakan Takdir Allah. Bukan karena kemarahan Mbah Petruk, kekecewaan mbah fulan ataupun kemurkaan penunggu laut selatan. Tidakkah Engkau tahu wahai saudaraku bahwa Allah Ta’ala telah menetapkan semua kejadian yang ada di jagad raya ini lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi?

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu’alaihi wasallam,“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim no. 2653)

Dialah Allah Satu-Satunya Dzat yang dapat Mendatangkan Manfaat dan Menolak Bahaya. Allah Ta’ala berfirman di beberapa tempat dalam Al-Quran,“Katakanlah: “Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfa’at?” Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al Maidah: 76)

“Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak memberi manfa’at kepada mereka dan tidak (pula) memberi mudharat kepada mereka. Adalah orang-orang kafir itu penolong (syaitan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya.” (QS. Al-Furqan: 55)

Ayat-ayat di atas menunjukkan dengan gamblang bahwasanya sesembahan selain Allah baik dari kalangan malaikat, para nabi, orang- orang shalih dan bangsa jin mereka semua tidaklah bisa mendatangkan manfaat dan mudhorot. Bahkan untuk menyelamatkan diri sendiri saja mereka tidak bisa jika Allah telah menetapkan sesuatu baginya.

Lantas di manakah akal orang yang mengatakan dan menyakini bahwa letusan Merapi, gempa dan berbagai musibah yang datang itu karena sebab kemarahan Mbah Petruk?

Referensi:
http://www.newoes.com/inilah-foto-awan-puncak-merapi-berbentuk-kepala-petruk

http://muslimah.or.id/aqidah/mitos-mbah-petruk-penguasa-merapi.html

Senin, 15 November 2010

Kisah dan Fadhilah di Tanggal 8-10 Dzul-hijjah

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh...

Tanggal 8 Dzulhijah Nabi Ibrahim bermimpi mendapat perintah supaya menyembelih anaknya, Ismail. Sehari itu ia berpikir-pikir apakah perintah itu dari Allah atau dari syetan. Karenanya hari itu disebut hari tarwiyah (pikir-pikir).

Tanggal 9 Dzulhijah Nabi Ibrahim diberi tahu oleh Allah bahwa perintah itu datang dari-Nya, bukan dari syetan. Justru karena itu hari itu disebut hari 'Arafah (hari tahu). Setelah mengetahui bahwa itu perintah dari Allah, maka Ibrahim bersegera mendatangi anaknya untuk meminta pendapatnya. Alangkah terkejutnya setelah anak tersebut memberi jawaban yang sangat menggembirakan sekaligus mengharukan. Kejadian ini diabadikan dalam al-Qur'an :

"Wahai putraku, sesungguhnya aku bermimpi seolah-olah aku menyembelihmu, maka pikirkanlah pendapatmu. Ia (Ismail) berkata, 'Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan itu, insya-Allah engkau dapati aku akan bersabar.'" (QS ash-Shaaffat: 102)

Pada tanggal yang sama Allah swt menurunkan wahyu terakhir kepada Rasulullah saw. Saat itu beliau sedang di atas kendaraannya. Segera ayat itu disampaikan kepada ummatnya. Abu Bakar menangis karena ia tahu bahwa tugas Rasulullah sudah paripurna, yang tentu saja akan segera kembali menghadap kepada-Nya. Ayat itu adalah :

"Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan telah Aku cukupkan atas kalian nikmat-Ku, dan Aku meridhai Islam sebagai agama kalian." (QS Maa-idah: 3)

***
Fadhilah:
Dari sahabat Ibnu ‘Abbas Ra., Rasulullah bersabda, “Tiada sesuatu hari yang mana orang beramal shalih di dalamnya, yang lebih disukai Allah dari pada hari-hari ini, yaitu 10 hari pertama bulan Dzul-hijjah” (HR.Bukhari).

Dari sahabat Abu Hurairah Ra., Rasulullah bersabda, “Tidak ada hari-hari yang lebih disukai Allah untuk digunakan ibadah kepada-Nya dari pada sepuluh hari awal bulan Dzul-hijjah . Puasa tiap hari pada hari tersebut sama dengan pahala puasa selama setahun. Shalat pada tiap-tiap malam hari tersebut sama dengan keutamaan ibadah pada malam lailatul qadar” (HR.Turmidzi dan Ibnu Majah)

Barang siapa berpuasa pada hari tarwiyyah, maka Allah akan membalasnya dengan pahala yang pahala tersebut tidak ada yang mengetahuinya selain Allah. (Hadits Nabi yang diriwayatkan Ibnu Abbas Ra. yang dikutip oleh Syaikh Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir, “Durratun Nasihin”, Majlis 72: Fi Fadhilah ‘Isyri Dzil-hijjah. Sebagian mengatakan bahwa sanad hadits yang dijadikan rujukan tersebut lemah, namun setidaknya dapat kita jadikan motivasi kita dalam beramal baik (termasuk berpuasa)).

Dari Abu Qatadah Ra., bahwa Rasulullah ditanya tentang puasa hari ‘arafah, Rasulullah menjawab, “ Puasa pada hari ‘arafah, dapat menjadi kafarah untuk setahun yang telah lewat dan setahun yang akan datang” (HR.Muslim).

Tanggal 10 Dzulhijah, adalah hari 'Idul Adh-ha (qurban), dinamakan juga hari Nahar (menyembelih). Pada hari ini ummat Islam diharamkan puasa, tapi dianjurkan melaksanakan shalat 'Idul Adh-ha, dan menyembelih qurban. Semoga kita bisa melaksanakannya.

Wassalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh...

Sabtu, 13 November 2010

Lakum Dinukum untuk Obama Presiden Amerika

Secarik kertas berisi tulisan tangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama tentang kesan khusus atas kunjungannya ke Masjid Istiqlal diterima oleh Imam Besar Masjid Istiqlal KH Mohammad Ali Mustofa Yakub, Rabu 10 November 2010.

Bagaimanapun, tulisan tangan seorang Presiden Amerika yang dia sendiri mengaku sebagai Kristiani itu walau tampaknya mengajak kepada suatu “kebaikan” namun entah disengaja atau tidak, di dalamnya ada tawaran kemusyrikan. Satu bentuk keyakinan yang sangat dilarang oleh Islam, bahkan puncak kemunkaran.
Hal itu tercermin dalam akhir tulisan tangan Presiden Obama, "... I hope my visits promotes greater understanding between peoples of different countries and different faith for we are all children of God."

Baris terakhir 'we are all children of God' (yang kurang lebih terjemahnya adalah) untuk kita semua anak-anak Allah, itu adalah ajakan kepada kemusyrikan. Karena dalam Islam, Allah Ta’ala berfirman dengan jelas:


قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)

2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (QS. Al-Ikhlash [112] : 1-4).
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
Penawaran dengan menyebut we are all children of God itu mengingatkan peristiwa yang diajukan oleh kaum kafir Quraisy untuk apa yang kurang lebihnya sekarang disebut “doa bersama antar agama”, namun langsung Allah Ta’ala menurunkan satu surat yakni Surat Al-Kafirun. Isinya menolak tegas-tegas penawaran dari kaum kafir Quraisy itu.

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (1) لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (2) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (3) وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (4) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (5) لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (6)

2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah
4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah
6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. Al-kafirun [109] : 1-6).
1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir
Tentang isi tulisan tangan Obama di Masjid Istiqlal Jakarta, beritanya dimuat di situs VIVAnews dengan judul Tulisan tangan Presiden Obama di Istiqlal. Dalam berita di VIVAnews dilaporkan bahwa Presiden Amerika Serikat Barack Obama menuliskan kesan khusus atas kunjungannya ke Masjid Istiqlal. Obama berharap, kunjungannya ini bisa menjadi contoh keharmonisan umat beragama di dunia.

"Kehormatan bagi saya karena mendapat kesempatan untuk dapat mengunjungi masjid yang sangat luar biasa ini," kata Obama dalam pesan tertulis di atas secarik kertas yang ditandatanginya, Masjid Istiqlal, Rabu 10 November 2010.


Selembar kertas bertuliskan tangan Obama itu juga ditandatangani Ibu Negara Amerika Michelle Obama. Dua tanda tangan itu berada di bawah kanan kertas yang diberikan khusus kepada Masjid Istiqlal.


Tulisan tangan kesan Obama itu diterima Imam Besar Masjid Istiqlal KH Mohammad Ali Mustofa Yakub. Berikut isi lengkap tulisan kesan Obama terhadap Istiqlal:


"I am honored to have had an opportunity to visit this magnificent mosque, which stands as a symbol of the role of Islam in guiding the lines of millions of Indonesians. I hope my visits promotes greater understanding between peoples of different countries and different faith for we are all children of God." (umi) Sumber: VIVAnews


Demikian berita tentang tulisan tangan Obama di Istiqlal.


Bagaimana umat Islam menyikapinya?


Bagaimana cara menyikapi setelah kita tahu ada ayat لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku) itu?


Imam Ibnu Katsir mengaitkan ayat itu dengan sikap Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan para pengikutnya terhadap orang-orang musyrikin:


وقال إبراهيم الخليل وأتباعه لقومهم المشركين: { إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ } [ الممتحنة : 4]. تفسير ابن كثير - (ج 4 / ص 270)
"Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” (QS. Al-Mumtahanah [60] : 4).

Kenapa walaupun tulisan itu berkaitan dengan kunjungan di Masjid Istiqlal, namun isinya pada hakekatnya adalah mengajak kepada kemusyrikan? Karena sebagaimana Allah Ta’ala telah jelaskan:


وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ [البقرة/120]
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. Al-Baqarah [2] : 120).

Lafal insya Allah ataupun assalamu’alaikum yang Obama ucapkan ketika berkunjung ke Indonesia, bagi Umat Islam tetap lebih dipercaya apa-apa yang Allah firmankan dan Rasul-Nya sabdakan. Di antara firman-Nya adalah:


لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.

* Hartono Ahmad Jaiz, penulis buku Sumber-sumber Penghancur Akhlaq Islam

sumber:eramuslim.com

Jumat, 12 November 2010

Teladan Abu Bakar

Assalamu ‘alaikum…

Pada suatu waktu, Rasulullah berkhutbah, ''Sesungguhnya, setiap manusia Allah berikan dua pilihan antara hidup di dunia dan melakukan apa pun sesuai kehendaknya, lalu memakan apa pun yang ia inginkan, atau bertemu Tuhannya.''

Mendengar khutbah itu, Abu Bakar meneteskan air mata. Salah seorang sahabat lain berkomentar, ''Apakah kalian tidak kagum melihat Abu Bakar yang saleh ini, ketika Rasulullah SAW dalam khutbahnya mengatakan bahwa manusia itu diberi dua pilihan, antara memilih dunia atau lebih memilih bertemu dengan Tuhannya, Abu Bakar lebih memilih Tuhannya?''

Semua sahabat mengetahui bahwa Abu Bakar adalah salah seorang sahabat yang paling memahami apa yang Rasulullah SAW sabdakan. Tidak lama kemudian, Abu Bakar mendekati Rasulullah SAW dan berkata, ''Wahai Rasulullah, tidak hanya memilih bertemu dengan Allah, saya bahkan akan mendarmabaktikan diri dan hartaku untukmu.''

Mendengar perkataan Abu Bakar, Rasulullah SAW lalu bersabda, ''Rasanya tidak ada seorang pun yang lebih amanah dalam persahabatan dan tanggung jawab terhadap hartanya, selain Ibnu Abi Quhafah (Abu Bakar). Seandainya aku akan menjadikan seseorang sebagai teman sejati, maka akan aku pilih Ibnu Abu Quhafah.'' (HR Tirmidzi dari Abu al-Mu'alla).

Apa yang membuat Rasulullah SAW menyanjung Abu Bakar?

Pertama, dalam sejarah, Abu Bakar adalah orang yang paling dekat dengan Nabi SAW. Ia pula yang menemani Nabi SAW menyusuri padang pasir, keluar dari Makkah menuju Madinah. Ia pula yang mengkhawatirkan keselamatan Nabi SAW sewaktu di Gua Hira. Kecintaannya kepada Rasulullah SAW menjadikannya rela memberikan apa pun demi Rasulullah SAW dan perjuangan Islam.

Kedua, Abu Bakar adalah sosok yang paling dermawan dalam membelanjakan harta bendanya di jalan Allah SWT. Dalam satu riwayat yang lain, Umar bin Khathab pernah bercerita, ''Suatu saat kami pernah diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk mendermakan harta kami. Kebetulan aku memiliki harta, dan aku bertekad untuk bisa melampaui kedermawanan Abu Bakar.''

Umar langsung membawa harta miliknya ke hadapan Rasulullah SAW. Melihat kedatangan Umar, beliau bertanya, ''Apakah engkau menyisakan hartamu untuk keluargamu, ya Umar?'' Umar dengan cepat menjawab, ''Ya, wahai Nabi Allah.''

Tidak berselang lama, Abu Bakar datang juga dengan hartanya. Rasulullah SAW juga bertanya, ''Apakah engkau juga menyisakan harta untuk keluargamu, ya Abu Bakar?''

Abu Bakar menjawab, ''Aku hanya sisakan Allah dan Rasul-Nya untuk mereka.'' Mendengar hal itu, Umar berkata, ''Demi Allah, saya benar-benar tidak mampu menyaingi kedermawanan Abu Bakar seumur hidupku.'' (HR. Tirmidzi dari Umar bin Khattab).

Abu Bakar memberikan teladan yang sangat berarti kepada kita bahwa harta benda tidak ada nilainya dibandingkan dengan Allah SWT dan Rasul-Nya. Abu Bakar menyadari harta akan bernilai sejati jika didermakan untuk orang lain dengan niat semata-mata karena Allah SWT. Subhanallah..., dapatkah kita seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq?? Wallahu a'lam bish-shawwab.

Salam ukhuwah, wassalamu ‘alaikum…

Rabu, 10 November 2010

Sunnah yang Hilang: Bacaan Setelah Membaca Al Qur’an

Penjelasan menarik mengenai bacaan penutup setelah membaca Al Qur’an.
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله.
أما بعد: فإنَّ إحياء السنن النبوية من أعظم القربات إلى الله،
Sesungguhnya menghidupkan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah termasuk amal yang sangat bernilai untuk mendekatkan diri kepada Allah.
فَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ، قَالَ: (( مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا )) [رواه مسلم].
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang mengajak orang lain kepada kebaikan maka baginya pahala semua orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun” (HR Muslim).
فإليكم أحبتي في الله، هذه السُّنة التي غفل عنها كثيرٌ من الناس:
Saudaraku, berikut ini adalah sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sudah dilalaikan oleh banyak orang.
يُسْتَحَبُّ بعد الانتهاء من تلاوة القرآن أن يُقال:
((سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ،لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
)).
Setelah selesai membaca al Qur’an dianjurkan untuk mengucapkan bacaan berikut ini: Subhanakallahumma wa bihamdika laa ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaika. Yang artinya: maha suci Engkau ya Allah sambil memuji-Mu. Tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Engkau. Aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.
الدليل: عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ : مَا جَلَسَ رَسُولُ اللهِ مَجْلِسًا قَطُّ، وَلاَ تَلاَ قُرْآناً، وَلاَ صَلَّى صَلاَةً إِلاَّ خَتَمَ ذَلِكَ بِكَلِمَاتٍ، قَالَتْ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَرَاكَ مَا تَجْلِسُ مَجْلِساً، وَلاَ تَتْلُو قُرْآنًا، وَلاَ تُصَلِّي صَلاَةً إِلاَّ خَتَمْتَ بِهَؤُلاَءِ الْكَلِمَاتِ ؟
قَالَ: (( نَعَمْ، مَنْ قَالَ خَيْراً خُتِمَ لَهُ طَابَعٌ عَلَى ذَلِكَ الْخَيْرِ، وَمَنْ قَالَ شَرّاً كُنَّ لَهُ كَفَّارَةً: سُبْحَانَكَ [اللَّهُمَّ] وَبِحَمْدِكَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ ))([]).
Dalilnya, dari Aisyah beliau berkata, “Tidaklah Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- duduk di suatu tempat atau membaca al Qur’an ataupun melaksanakan shalat kecuali beliau akhiri dengan membaca beberapa kalimat”. Akupun bertanya kepada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Ya Rasulullah, tidaklah anda duduk di suatu tempat, membaca al Qur’an ataupun mengerjakan shalat melainkan anda akhiri dengan beberapa kalimat?” Jawaban beliau, “Betul, barang siapa yang mengucapkan kebaikan maka dengan kalimat tersebut amal tadi akan dipatri dengan kebaikan. Barang siapa yang mengucapkan kejelekan maka kalimat tersebut berfungsi untuk menghapus dosa. Itulah ucapan Subhanakallahumma wa bihamdika laa ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaika. ”
) إسناده صحيح: أخرجه النسائي في “السنن الكبرى” (9/123/10067)، والطبراني في “الدعاء” (رقم1912)، والسمعاني في “أدب الإملاء والاستملاء” (ص75)، وابن ناصر الدين في “خاتمة توضيح المشتبه” (9/282).
Hadits di atas sanadnya shahih, diriwayatkan oleh Nasai dalam Sunan Kubro 9/123/1006, Thabrani dalam ad Du-a no 1912, Sam’ani dalam Adab al Imla’ wa al Istimla’ hal 75 dan Ibnu Nashiruddin dalam Khatimah Taudhih al Musytabih 9/282.
وقال الحافظ ابن حجر في “النكت” (2/733): [إسناده صحيح]، وقال الشيخ الألباني في “الصحيحة” (7/495): [هذا إسنادٌ صحيحٌ أيضاً على شرط مسلم]، وقال الشيخ مُقْبِل الوادعي في “الجامع الصحيح مما ليس في الصحيحين” (2/12: [هذا حديثٌ صحيحٌ
Al Hafizh Ibnu Hajar dalam an Nukat 2/733 mengatakan, “Sanadnya shahih”. Syaikh al Albani dalam Shahihah 7/495 mengatakan, “Sanad ini adalah sanad yang juga shahih menurut kriteria Muslim”. Syaikh Muqbil al Wadi’I dalam al Jami’ al Shahih mimma laisa fi al Shahihain 2/12 mengatakan, “Hadits ini adalah hadits yang shahih”.
وقد بَوَّبَ الإمام النسائي على هذا الحديث بقوله: [ما تُختم به تلاوة القرآن].
Hadits ini diberi judul bab oleh Nasai dengan judul “Bacaan penutup setelah membaca al Qur’an”.


Catatan:
Realita menunjukkan bahwa ketika banyak orang meninggalkan amalan yang sesuai dengan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka muncullah amalan yang mengada-ada.
Banyak orang mengganti bacaan yang sesuai sunah Nabi di atas dengan bacaan tashdiq yaitu ucapan Shadaqallahul ‘azhim yang tidak ada dalilnya.

Senin, 08 November 2010

Hadits MAUDHU' (Palsu) SAAT IBLIS BERTAMU KEPADA RASUL ALLAH

syHadis menurut Muadz bin Jabal, riwayat dari Ibn Abbas, telah menyebar luas di kalangan umat muslim awam. Hadis yang terhitung sangat mahsyur ini menceritakan tentang percakapan Muhammad dan sahabatnya dengan Iblis yang berwujud seorang kakek tua di Madinah. Iblis itu sendiri dipaksa datang oleh malaikat ALLAH ke hadapan sang utusan Allah untuk membuat pengakuan dan menjawab pertanyaan Muhammad. Iblis lalu memberitahu banyak rahasia kepada Muhammad, diantaranya: orang yang dibencinya, pekerjaan yang dibencinya, manusia yang menjadi temannya, hal orang yang ikhlas, 70.000 anak dan pengikut-pengikut mereka, cara Iblis mencobai manusia, sepuluh hal permintaan Iblis kepada ALLAH.

Jika dilihat, kisah dalam hadis ini memiliki kemiripannya dengan Hadis yang tertulis dalam Kitab Al Awail karya Jalal al Din al Suyuti. Dalam buku tersebut digambarkan sebuah dialog antara Muhammad dan Setan, yang menggunakan topi berwarna-warni, di pinggiran Jannat al Baqi, Madinah. Mereka melakukan dialog tantang banyak hal, seperti: usaha mencobai para utusan ALLAH sebelum Muhammad yang gagal, maksud dari topi berwarna-warni yang dipakai Setan, kewajiban orang percaya yang dihalangi Setan, Ahli Bait, 15 musuh Setan, 11 sahabat Setan, pekerjaan-pekerjaan yang disukai Setan.

Hadis ini banyak dipertanyakan oleh ahli Hadis, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di Arab Saudi. Syaikh Abdurrahman al Sahim adalah salah seorang pakar yang telah membuktikan kepalsuan hadis ini. Dalam salah satu analisisnya, dia mengatakan, “Dan dari sebagian tanda-tanda kepalsuannya adalah penyebutan kata [bersumpah dengan cerai], sebuah istilah yang tidak pernah terdengar di masa Muhammad dan sahabat. Dan juga pernyataan Iblis tentang apa yang menjadi pelindungnya [di bawah kuku manusia], yang bertentangan dengan hadis riwayat Syaikhani [Bukhari dan Muslim] di Hadis Abu Hurairah dari Muhammad: “Jika salah seorang dari kalian bangun tidur maka hendaklah ia memasukkan air ke dalam hidungnya seperti gerakan dalam wudu sebanyak tiga kali. Karena sesungguhnya setan bermalam di lubang hidungnya.”

Pusat Fatwa yang dikepalai Dr Abdullah Faqih pun menegaskan bahwa hadis itu merupakan hadis palsu yang sangat jelas. Terkait dengan hukum penyebarannya, tidak diperbolehkan kecuali untuk sekedar pengingat saja. Hal ini selaras dengan perkataan Sang Nabi dalam Hadis Bukhari yang berbunyi: “Sejatinya pembohongan atas namaku tidak seperti pembohongan atas siapapun. Barangsiapa yang berbohong atas namaku, maka dia dengan sengaja menyiapkan tempatnya di dalam neraka.”

Dilihat secara keseluruhan, hadis ini memang baik serta selaras dengan hukum-hukum Islam. Namun, meskipun tujuannya baik dan demi kemuliaan ALLAH, kebohongan dan pembenaran seperti hadis ini jelas melanggar hukum ALLAH yang sudah disampaikan orang-orang yang dipakai-Nya. Apalagi kebohongan itu memakai teks-teks keagamaan sebagai legitimasi demi menjaga kewibawaan diri atau institusi atau aliran kepercayaannya. Pandangan objektif jelas diperlukan dalam memandang suatu kepercayaan yang sakral sekalipun.

Akhirnya, dengan tujuan menjembatani dan mempersatukan bangsa Indonesia, redaksi menulis ulang Hadis menurut Muadz bin Jabal ini dengan gaya bahasa yang lebih nasional agar umat beragama lain juga dapat mengerti makna dari istilah-istilah Islam yang terkadang terkesan eksklusif.

Minggu, 07 November 2010

Nyesel euy, posting artikel klo asal copas ! -,-'

sobat, sebelumnya mhn maaf yg sebesar2nya atas postingan artikel kmaren yg judulnya "saat iblis terpaksa bertamu pada Rasulullah"
ternyata eh ternyata hadits tsb hadits MAUDHU' (PALSU)_

utk lebih jelasnya, insya'Allah pas online di PC nanti ana posting kenapa hadits yg masyhur di internet tsb hanyalah hadits maudhu'_

bener2 nyesel deh asal copas, coz sblumnya klo ana mau posting artikel ana cari tau dulu.

tpi ini jg sbg pelajaran buat kita, utk lbh mncari tau lagi kebenarannya_

Selasa, 02 November 2010

'Ayah, bolehkah berpacaran?'

“Tiada pemberian seorang bapak terhadap anak-anaknya yang lebih baik daripada (pendidikan) yang baik dan adab yang mulia.” (HR At-Tirmidzy).

“Barangsiapa yang mengabaikan pendidikan anak, maka ia telah berbuat jahat secara terang-terangan…” (Ibnu Qayyum).
Seorang ayah, bila ia mempunyai putra yang beranjak remaja, lambat atau cepat ia akan disergap oleh pertanyaan seperti ini: “Ayah, bolehkah berpacaran?” Pengertian ‘berpacaran’ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bercintaan, berkasih-kasihan.

Sebagai Ayah yang baik, kita sudah seharusnya sejak jauh hari berusaha menyiapkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tak terduga seperti itu. Namun seringkali kita tidak siap dengan jawaban ketika pertanyaan tadi terlontar dari mulut anak kita.

Seorang ayah mempunyai posisi strategis. Ayah tidak saja menjadi pemimpin bagi keluarganya, seorang ayah juga seharusnya bisa menjadi teman bagi anak-anaknya, menjadi narasumber dan guru bagi anak-anaknya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan dimintai pertangungjawaban terhadap apa yang kamu pimpin. Seorang suami (ayah) adalah pemimpin bagi anggota keluarganya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dipimpinnya atas mereka.” (HR Muslim).

Ada sebuah contoh yang datangnya dari keluarga Pak Syamsi. Ketika Iwan anak remajanya bertanya soal berpacaran, Pak Syamsi yang memang sudah sejak lama mempersiapkan diri, dengan santai memberikan jawaban seperti ini: “Boleh nak, sejauh berpacaran yang dimaksud adalah sebagaimana yang terjadi antara Ayah dan Bunda…”

Pak Syamsi menjelaskan kepada Iwan, bahwa berpacaran adalah menjalin tali kasih, menjalin kasih sayang, dengan lawan jenis, untuk saling kenal-mengenal, untuk sama-sama memahami kebesaran Allah di balik tumbuhnya rasa kasih dan sayang itu. Oleh karena itu, berpacaran adalah ibadah. Dan sebagai ibadah, berpacaran haruslah dilakukan sesuai dengan ketentuan Allah, yaitu di dalam lembaga perkawinan.

Di dalam sebuah Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jangan sekali-kali seorang laki-laki bersendirian dengan seorang perempuan, melainkan si perempuan itu bersama mahramnya”.

“Di luar ketentuan tadi, maka yang sesungguhnya terjadi adalah perbuatan mendekati zina, suatu perbuatan keji dan terkutuk yang diharamkan ajaran Islam (Qs. 17:32). Allah  telah mengharamkan zina dan hal-hal yang bertendensi ke arah itu, termasuk berupa kata-kata (yang merangsang), berupa perbuatan-perbuatan tertentu (seperti membelai dan sebagainya).” Demikian penjelasan Pak Syamsi kepada Iwan anak remajanya.

“Di dalam lembaga perkawinan, ananda bisa berpacaran dengan bebas dan tenang, bisa saling membelai dan mengasihi, bahkan lebih jauh dari itu, yang semula haram menjadi halal setelah menikah, yang semula diharamkan tiba-tiba menjadi hak bagi suami atau istri yang apabila ditunaikan dengan ikhlas kepada Allah akan mendatangkan pahala.” Demikian penjelasan pak Syamsi kepada Iwan.

“Namun jangan lupa,” sambung pak Syamsi, “Islam mengajarkan dua hal yaitu memenuhi Hak dan Kewajiban secara seimbang. Di dalam lembaga perkawinan, kita tidak saja bisa mendapatkan hak-hak kita sebagai suami atau isteri, namun juga dituntut untuk memenuhi kewajiban, menafkahi dengan layak, memberi tempat bernaung yang layak, dan yang terpenting adalah memberi pendidikan yang layak bagi anak-anak kelak…”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seorang yang membina anaknya adalah lebih baik daripada ia bersedekah satu sha’…” (HR At-Tirmidzy).

“Nah, apabila ananda sudah merasa mampu memenuhi kedua hal tadi, yaitu hak dan kewajiban yang seimbang, maka segeralah susun sebuah rencana berpacaran yang baik di dalam sebuah lembaga perkawinan yang dicontohkan Rasulullah…” Demikian imbuh pak Syamsi.

Seringkali kita sebagai orangtua tidak mampu bersikap tegas di dalam menyampaikan ajaran Islam, terutama yang sangat berhubungan dengan perkembangan psikoseksual remaja. Seringkali kita ‘malu’ menyampaikan kebenaran yang merupakan kewajiban kita untuk menyampaikannya, sekaligus merupakan hak anak untuk mengetahuinya.

Sebagai anak, seorang Iwan memang harus mempunyai tempat yang cukup layak untuk menumpahkan aneka pertanyaannya. Sebagai lelaki muda, yang ia butuhkan adalah sosok ayah yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaannya dengan cerdas, memuaskan, dan tepat. Seorang ayah yang mampu menjawab pertanyaan bukan dengan marah-marah. Berapa banyak remaja seperti Iwan diantara kita yang tidak punya tempat bertanya yang cukup layak?

Bagi seorang Iwan, sebagaimana dia melihat kenyataan yang terjadi di depan matanya, berpacaran adalah memadu kasih diantara dua jenis kelamin yang berbeda, sebuah ajang penjajagan, saling kenal diantara dua jenis kelamin berbeda, antara remaja putra dengan remaja putri, yang belum tentu bermuara ke dalam lembaga perkawinan. Hampir tak ada seorang pun remaja seperti Iwan yang mau menyadari, bahwa perilaku seperti itu adalah upaya-upaya mendekati zina, bahkan zina itu sendiri!

Celakanya, hanya sedikit saja diantara orangtua yang mau bersikap tegas terhadap perilaku seperti ini. Bahkan, seringkali sebagian dari orangtua kita justru merasa malu jika anaknya yang sudah menginjak usia remaja belum juga punya pacar. Sebaliknya, begitu banyak orangtua yang merasa bangga jika mengetahui anaknya sudah punya pacar. “Berapa banyak kejahatan yang telah kita buat secara terang-terangan…?”

Di sebuah stasiun televisi swasta, ada program yang dirancang untuk mempertemukan dua remaja berlawanan jenis untuk kelak menjadi pacar. Di stasiun teve lainnya ada sebuah program berpacaran (dalam artian perbuatan mendekati zina) yang justru diasosiasikan dengan heroisme, antara lain dengan menyebut para pelakunya (para pemburu pacar) sebagai “pejuang”. Dan bahkan para “pejuang” ini mendapat hadiah berupa uang tunai yang menggiurkan anak-anak remaja. Perilaku para “pejuang” ini disaksikan oleh banyak remaja, sehingga menjadi contoh bagi mereka.

Makna pejuang telah bergeser jauh dari tempatnya semula. Seseorang yang melakukan perbuatan mendekati zina disebut “pejuang”. Hampir tidak pernah kita mendengar ada seorang pelajar yang berprestasi disebut pejuang. Jarang kita dengar seorang atlet berprestasi disebut pejuang.

Kata Mutiara Islami

Bersyukurlah karena kita tidak memiliki semua yang kita inginkan, karena jika iya, apalagi yang hendak kita cari? Bersyukurlah saat kita tidak mengetahui sesuatu, karena itu memberi kita kesempata untuk belajar. Bersyukurlah atas masa-masa sulit yang kita hadapi, karena selama itulah kita akan tumbuh dewasa. Bersyukurlah atas kesalahan-kesalahan yang kita perbuat, karena itu memberi motivasi untuk menjadi lebih baik. (Ziyadaturrahmah)

  • Jika kau memerlukan nikmat dunia, cukuplah Islam sebagai nikmatmu. Jika kau memerlukan keasyikan, cukuplah taat pada Allah sebagai keasyikanmu. Dan jika kau memerlukan pengajaran, cukuplah maut itu sebagai pengajaran bagimu (Ali ibn Abi Thalib)
  • Ukhuwah yang terbina biarlah seperti seutas tasbih. Ada awal, tapi tiada akhir. Dicipat untuk mengingat-Nya dan disusun untuk mengharap ridha-Nya (Tri Looke)
  • Wanita shalelah itu perhiasan yang indah, ia lembut tapi tidak lemah, mempesona tapi tetap bersahaja. Ia tahu bagaimana menjaga diri dan keluarga, mengerti bagaimana menjaga akhlak dan kemuliaannya. Ilmunya telah mengangkatnya ke derajat yang lebih dari wanita lain. Mendampinginya merupakan anugerah terindah (Abu Mushab)
  • Cukuplah seseorang dikatakan berilmu jika ia takut kepada Allah, dan cukuplah seseorang dikatakan bodoh jika ia bangga dengan amalnya (Arni Wijaya)
  • Sebab kegagalan dapat dibagi menjadi dua : orang yang berfikir tapi tidak mau bertindak dan orang yang bertindah tapi tidak pernah berfikir (081387615***)
  • Musibah yang diterima dengan sabar – hanya mengharap – ridha Allah semata, adalah lebih bagimu daripada nikmat yang membuatmu lupa kepada-Nya (Arifiyanto)
  • Tegakkan syariat mulai dari diri kita, bercerminlah sejauh mana kita menjalankannya, seberapa besarkah pengorbanan kita untuknya, setinggi apakah kita mengharap ridha-Nya (085290701***)
  • Janganlah engkau bebani dirimu dengan hari esokmu, bukankah Allah telah menentukannya untukmu? Maka berusaha dan bersabarlah (Kassiyah)
  • Tidak ada harga untuk waktu, tapi ia sangat berharga. Memiliki banyak waktu tidak menjadikan kita kaya, tapi menggunakannya dengan benar adalah sumber kekayaan (085279972***)
  • Percayalah bahwa yang singkat adalah waktu, yang dekat adalah amanah, yang sulit adalah ikhlas, yang akan diinvestasi adalah apa yang kita kerjakan, yang paling bijak adalah saling memaafkan (Aneuk Meutuah)
  • Islam itu asasnya Syahadat. Tiangnya shalat. Puncaknya jihad. Maka jadilah kamu orang yang mendakwahkan azasnya. Yang memperkokoh tiangnya. Yang berjuang di puncaknya. Atau salah satu darinya. Kalau tidak, kamu pasti merugi. (Mahyuddin HH.)
  • Kesuksesan itu bukan berapa banyak harta kita kumpulkan, tapi kesuksesan adalah berapa banyak harta yang bisa kita sedekahkan (Toro)
  • Kelalaian itu merupakan keburukan dan dzikrullah merupakan kemenanga. Tidak ada kebaikan dalam hidup tanpa persaudaraan karena Allah. Kadang seseorang bisa lupa karena harta yang dia lihat atau emas yang dia beli tetapi ia tidak akan melupakan seseorang yang dia cintai karena Allah (Jun)
  • Semakin bertambah keilmuan dan kekayaan seseorang, akan makin besar pula amanah yang diemban olehnya. Tirulah padi, semakin berisi semakin merunduk (Abdullah Ibn Adam)
  • Kebenaran tidak diukur dengan banyaknya orang yang mau melakukannya, namun kebenaran adalah apa saja yang mencocoki Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman salafus salih (Anisya LM)
  • Perbanyaklah menanam kebaikan meskipun orang yang menerima kebaikan itu tidak membalas seperti yang kita tanam, pasti akan dipanen hasilnya, entah sekarang atau esok, atau mungkin jadi ladang amal di akhirat kelak (Gilang)
  • Teman yang benar bukanlah teman yang selalu membenarkan perkataanmu, akan tetapi teman yang benar adalah teman yang selalu berkata benar kepadamu (Salman)
  • Apabila kesusahan datang menerpa diri dan kecemasan bertumpang tindih menghimpit Anda, ucapkanlah “Laa Ilaah Illallaah” (Maidi)
  • Hasan Al-Basri berkata : “Aku tahu rizkiku tidak dimakan orang lain, karenanya hatiku tenang. Aku tahu amalan-amalanku tidak mungkin dilakukan orang lain, maka aku sibukkan diriku dengan beramal. Aku tahu Allah selalu melihatku,karenanya aku malu bila Allah mendapatiku melakukan maksiat. Aku tahu kematian menantiku, maka aku persiapkan bekal tuk berjumpa dengan Rabb-ku”
  • Menjadi penolong agama Allah adalah satu-satunya profesi yang selalu membuka lowongan bagi pekerja baru. Setiap saat, setiap hari, sepanjang matahari masih terbit dari timur. Namun menyambung pekerjaan Rasul bukanlah pekerjaan yang mudah (Ridhwan)
  • Empat hal yang dipandang sebagai ibu : Ibu dari segala obat adalah sedikit makan. Ibu dari segala adab adalah sedikit bicara. Ibu dari segala ibadah adalah takut dosa. Ibu dari segala cita-cita adalah sabar. (Key)
  • Meminta maaf jangan membuat diri kita menjadi hina. Memberi maaf jangan membuat kita merasa bangga. Tapi saling memaafkan itulah yang mulia (Silvana)
  • Jika lidah selalu basah dengan dzikrullah, jika pikiran selalu tertuju pada keinginan untuk mendapat Ridha Allah, maka bersiaplah untuk manisnya iman dan nikmatnya ibadah (Rudi)
  • Sebaik-baik manusia adalah orang yang jika dilihat maka dapat mengingatkan kepada Allah (Zahwa)
  • Sebaik-baik manusia adalah yang sedikit bicara banyak berbuat kebaikan. Seburuk-buruk manusia adalah yang banyak bicara namun sedikit berbuat kebaikan (Azis)
  • Kita harus menyadari bahwa yang lebih berhak atas diri kita hanyalah Allah swt. Sang Khalik. Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersyukur dengan apa yang diberikannya, apapun itu (Asih)
  • Bahaya kepandaian adalah berbuat sekehendak hati. Bahaya keberanian adalah melampaui batas. Bahaya toleransi adalah menyebut-nyebut kebaikannya. Bahaya kecantikan adalah sombong. Bahaya ucapan adalah dusta. Bahaya ilmu adalah lupa. Bahaya pemurah adalah berlebih-lebihan (Tengku Abdul Wahab)

Senin, 01 November 2010

new!!!Surat Terbuka dari Ikhwan untuk Akhwat


Bismillah... Ukhti yang baik,



Kami kaum pria sangat bersedih menghadapi fenomena sekarang ini. Mengapa? Karena mungkin saja di antara gadis-gadis yang fotonya tersebar di seantero jagad ini adalah istri atau calon istri kami. Apakah mereka tidak tahu bahwa foto mereka tersimpan dalam komputer puluhan, ratusan atau bahkan mungkin jutaan pria lain yang tidak berhak? Yang mungkin saja dijadikan sarana oleh para pendosa sebagai ajang bermaksiat? Apakah mereka mengijinkan pria-pria selain suami mereka itu menyimpan foto-foto tersebut?




Ukhti,




Kami kaum pria sangat bersedih mendapati semua ini. Mengapa? Karena mungkin saja di antara foto yang tersebar luas itu adalah ibu atau calon ibu kami, yang seharusnya menunjukkan caranya menjaga diri, bukan dengan menunjukkan hal-hal yang seharusnya disembunyikan…




Kami kaum pria sangat bersedih menyaksikan semua ini. Mengapa? Karena mungkin saja di antara foto yang tersebar luas itu adalah guru atau calon guru kami, yang seharusnya mendidik dan mengajarkan Al-Qur’an serta Akhlaqul-karimah kepada kami.




Apakah semua ini akan dibiarkan begitu saja tanpa ada penyelesaian? Tanpa ada seorangpun yang berani menegur serta mengingatkannya, memberitahukan bahwa itu adalah sebuah kesalahan? Atau harus menunggu tangan-tangan jahat memanfaatkannya untuk merusak harga diri dan menyebarkan aib yang seharusnya ditutup rapat-rapat?




Ukhti yang baik…




Jazakillah khairan… Terima kasih banyak karena Ukhti tetap pandai menjaga diri dari sekecil apapun celah-celah kealpaan. Tapi tolong sampaikan pula pada kawan-kawan Ukhti, agar merekapun mengikuti jejak ukhti dengan menghapus foto-foto mereka dari Facebook dan blog-blog mereka. Sampaikanlah pada mereka agar menahan diri dari keinginan menunjukkan eksistensi diri di hadapan pria yang tidak berhak.




Jika mereka ingin menunjukkan kepada orang-orang bahwa mereka cantik, cukuplah tunjukkan pada suami mereka saja. Atau orang tua dan anak-anak mereka saja. Karena Allah Maha Tahu segala sesuatu. Jika mereka membutuhkan sanjungan atas kecantikan yang telah dianugerahkan Allah pada mereka, biarlah Allah saja yang menyanjungnya, dengan balasan berlipat-lipat ganda di hari akhirat kelak.




Dan jika mereka ingin kecantikan mereka dikagumi, biarkanlah suami mereka saja yang mengagumi, lalu memberikannya sejuta hadiah cinta yang tidak akan pernah ada bandingnya…




Sementara kami, kaum pria yang tidak atau belum berhak atas itu semua, biarlah asyik masyuk tenggelam dalam do’a, agar dianugerahi istri yang cantik dan shalehah, ibu yang baik dan bersahaja, guru yang taat dan menjaga martabatnya…




Agar Allah mengumpulkan kita kelak di surgaNya. Meraih ridho dan ampunanNya serta dihindarkan dari adzab neraka…




Atas perhatian dari Ukhti, saya ucapkan jazakillah khairal jaza'…

Ukhti Jagalah Suaramu

Anugerah kecantikan yang Allah berikan kepada wanita dari berbagai sisinya dapat menimbulkan dampak kebaikan dan keburukan baik untuk dirinya sendiri atau lawan jenisnya. Bak mutiara indah yang senantiasa menebarkan kilauannya. Namun kilauan itu juga dapat menjadi ladang kemaksiatan jika tidak dijaga oleh pemiliknya seperti dicuri atau dirampas.

Begitu pula keindahan dari seorang wanita akan mengundang keburukan jika tidak dijaga dengan baik. Keburukan yang akan timbul antara lain munculnya fitnah dari dalam dirinya. Sebagaimana telah disabdakan oleh Rosululloh ShollAllahu ‘Alaihi Wa salam, bahwa Wanita adalah salah satu perhiasan dunia yang bisa menjadi FITNAH.


“Tidaklah ada fitnah sepeninggalanku yang lebih besar bahayanya bagi laki-laki selain fitnah wanita. Dan sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa bani Israil adalah disebabkan oleh wanita. ” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Muslim no 2740 [97])


“Hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama kali yang menimpa bani isroil disebabkan oleh wanita.” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Muslim no 2742 [99])


Segala keindahan yang terdapat dalam diri seorang wanita harus dijaga, bahkan hal yang dianggap remeh pun seperti “suara”. Tanpa pernah kita sadari, suara juga bisa mendatangkan fitnah, meskipun suara itu keluar bukan dimaksudkan secara khusus untuk melagukannya atau untuk menarik perhatian.


Untuk itu Allah telah melarang kaum Hawa untuk berlemah lembut dalam berbicara dengan laki-laki agar tidak timbul keinginan orang yang didalam hatinya terdapat penyakit seperti firman-Nya: “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain jika kamu bertaqwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara dengan mendayu-dayu sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya. ” (Al Ahzab: 32)


Saudariku, ayat ini turun untuk memperingatkan kita agar lebih berhati-hati dalam mengeluarkan suara kita. Allah juga melarang wanita untuk tidak berkata dengan lemah lembut dengan laki-laki yang bukan mahromnya, Peringatan itu pun semula Allah turunkan untuk Laki-laki di zaman Nabi yang kita tahu bahwa keimanan mereka lebih kuat dan akhlaknya lebih bagus daripada laki-laki di zaman sekarang.


Maka dari itu berbicaralah seperlunya saja dengan laki-laki yang bukan mahrom. Jika memang ada keperluan yang sangat darurat maka berbicara dibalik tabir itu lebih baik, seperti perintah Allah kepada kaum mukmin tatkala meminta sesuatu dengan wanita yang bukan mahrom dari balik tabir, Allah Subhanahu wa Ta ’ala berfirman:


“Apabila kamu meminta sesuatu kepada mereka (isteri-isteri nabi), Maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. ” (Al Ahzab: 53)


Wahai ukhti, jagalah suara kita agar tidak menjadi fitnah yang besar bagi kaum Adam. Semoga Allah mengampuni kita semua wahai saudariku dengan keindahan-keindahan yang mengandung fitnah ini.


Janganlah kita berbangga hati dengan keindahan yang kita punyai karena sesungguhnya di balik keindahan tersebut terdapat ujian bagi kita.


Wallahu a’lam bisshowab

Pengertian Hadits

Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an.
Ada banyak ulama periwayat hadits, namun yang sering dijadikan referensi hadits-haditsnya ada tujuh ulama, yakni Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Ahmad, Imam Nasa'i, dan Imam Ibnu Majah.
Ada bermacam-macam hadits, seperti yang diuraikan di bawah ini.
• Hadits yang dilihat dari banyak sedikitnya perawi
o Hadits Mutawatir
o Hadits Ahad
Hadits Shahih
Hadits Hasan
Hadits Dha'if
• Menurut Macam Periwayatannya
o Hadits yang bersambung sanadnya (hadits Marfu' atau Maushul)
o Hadits yang terputus sanadnya
Hadits Mu'allaq
Hadits Mursal
Hadits Mudallas
Hadits Munqathi
Hadits Mu'dhol
• Hadits-hadits dha'if disebabkan oleh cacat perawi
o Hadits Maudhu'
o Hadits Matruk
o Hadits Mungkar
o Hadits Mu'allal
o Hadits Mudhthorib
o Hadits Maqlub
o Hadits Munqalib
o Hadits Mudraj
o Hadits Syadz
• Beberapa pengertian dalam ilmu hadits
• Beberapa kitab hadits yang masyhur / populer

________________________________________

I. Hadits yang dilihat dari banyak sedikitnya Perawi
I.A. Hadits Mutawatir
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad yang tidak mungkin sepakat untuk berdusta. Berita itu mengenai hal-hal yang dapat dicapai oleh panca indera. Dan berita itu diterima dari sejumlah orang yang semacam itu juga. Berdasarkan itu, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu hadits bisa dikatakan sebagai hadits Mutawatir:
1. Isi hadits itu harus hal-hal yang dapat dicapai oleh panca indera.
2. Orang yang menceritakannya harus sejumlah orang yang menurut ada kebiasaan, tidak mungkin berdusta. Sifatnya Qath'iy.
3. Pemberita-pemberita itu terdapat pada semua generasi yang sama.

I.B. Hadits Ahad

Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih tetapi tidak mencapai tingkat mutawatir. Sifatnya atau tingkatannya adalah "zhonniy". Sebelumnya para ulama membagi hadits Ahad menjadi dua macam, yakni hadits Shahih dan hadits Dha'if. Namun Imam At Turmudzy kemudian membagi hadits Ahad ini menjadi tiga macam, yaitu:
I.B.1. Hadits Shahih
Menurut Ibnu Sholah, hadits shahih ialah hadits yang bersambung sanadnya. Ia diriwayatkan oleh orang yang adil lagi dhobit (kuat ingatannya) hingga akhirnya tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih) dan tidak mu'allal (tidak cacat). Jadi hadits Shahih itu memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :
1. Kandungan isinya tidak bertentangan dengan Al-Qur'an.
2. Harus bersambung sanadnya
3. Diriwayatkan oleh orang / perawi yang adil.
4. Diriwayatkan oleh orang yang dhobit (kuat ingatannya)
5. Tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih)
6. Tidak cacat walaupun tersembunyi.
I.B.2. Hadits Hasan
Ialah hadits yang banyak sumbernya atau jalannya dan dikalangan perawinya tidak ada yang disangka dusta dan tidak syadz.
I.B.3. Hadits Dha'if
Ialah hadits yang tidak bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orang yang tidak adil dan tidak dhobit, syadz dan cacat.

II. Menurut Macam Periwayatannya

II.A. Hadits yang bersambung sanadnya
Hadits ini adalah hadits yang bersambung sanadnya hingga Nabi Muhammad SAW. Hadits ini disebut hadits Marfu' atau Maushul.

II.B. Hadits yang terputus sanadnya

II.B.1. Hadits Mu'allaq
Hadits ini disebut juga hadits yang tergantung, yaitu hadits yang permulaan sanadnya dibuang oleh seorang atau lebih hingga akhir sanadnya, yang berarti termasuk hadits dha'if.
II.B.2. Hadits Mursal
Disebut juga hadits yang dikirim yaitu hadits yang diriwayatkan oleh para tabi'in dari Nabi Muhammad SAW tanpa menyebutkan sahabat tempat menerima hadits itu.
II.B.3. Hadits Mudallas
Disebut juga hadits yang disembunyikan cacatnya. Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sanad yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya, padahal sebenarnya ada, baik dalam sanad ataupun pada gurunya. Jadi hadits Mudallas ini ialah hadits yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya.
II.B.4. Hadits Munqathi
Disebut juga hadits yang terputus yaitu hadits yang gugur atau hilang seorang atau dua orang perawi selain sahabat dan tabi'in.
II.B.5. Hadits Mu'dhol
Disebut juga hadits yang terputus sanadnya yaitu hadits yang diriwayatkan oleh para tabi'it dan tabi'in dari Nabi Muhammad SAW atau dari Sahabat tanpa menyebutkan tabi'in yang menjadi sanadnya. Kesemuanya itu dinilai dari ciri hadits Shahih tersebut di atas adalah termasuk hadits-hadits dha'if.

III. Hadits-hadits dha'if disebabkan oleh cacat perawi

III.A. Hadits Maudhu'
Yang berarti yang dilarang, yaitu hadits dalam sanadnya terdapat perawi yang berdusta atau dituduh dusta. Jadi hadits itu adalah hasil karangannya sendiri bahkan tidak pantas disebut hadits.
III.B. Hadits Matruk
Yang berarti hadits yang ditinggalkan, yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi saja sedangkan perawi itu dituduh berdusta.
III.C. Hadits Mungkar
Yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah yang bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang terpercaya / jujur.
III.D. Hadits Mu'allal
Artinya hadits yang dinilai sakit atau cacat yaitu hadits yang didalamnya terdapat cacat yang tersembunyi. Menurut Ibnu Hajar Al Atsqalani bahwa hadis Mu'allal ialah hadits yang nampaknya baik tetapi setelah diselidiki ternyata ada cacatnya. Hadits ini biasa disebut juga dengan hadits Ma'lul (yang dicacati) atau disebut juga hadits Mu'tal (hadits sakit atau cacat).
III.E. Hadits Mudhthorib
Artinya hadits yang kacau yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi dari beberapa sanad dengan matan (isi) kacau atau tidak sama dan kontradiksi dengan yang dikompromikan.
III.F. Hadits Maqlub
Artinya hadits yang terbalik yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang dalamnya tertukar dengan mendahulukan yang belakang atau sebaliknya baik berupa sanad (silsilah) maupun matan (isi).
III.G. Hadits Munqalib
Yaitu hadits yang terbalik sebagian lafalnya hingga pengertiannya berubah.
III.H. Hadits Mudraj
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang didalamnya terdapat tambahan yang bukan hadits, baik keterangan tambahan dari perawi sendiri atau lainnya.
III.I. Hadits Syadz
Hadits yang jarang yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah (terpercaya) yang bertentangan dengan hadits lain yang diriwayatkan dari perawi-perawi (periwayat / pembawa) yang terpercaya pula. Demikian menurut sebagian ulama Hijaz sehingga hadits syadz jarang dihapal ulama hadits. Sedang yang banyak dihapal ulama hadits disebut juga hadits Mahfudz.

IV. Beberapa pengertian (istilah) dalam ilmu hadits

IV.A. Muttafaq 'Alaih
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari sumber sahabat yang sama, atau dikenal juga dengan Hadits Bukhari - Muslim.
IV.B. As Sab'ah
As Sab'ah berarti tujuh perawi, yaitu:
1. Imam Ahmad
2. Imam Bukhari
3. Imam Muslim
4. Imam Abu Daud
5. Imam Tirmidzi
6. Imam Nasa'i
7. Imam Ibnu Majah
IV.C. As Sittah
Yaitu enam perawi yang tersebut pada As Sab'ah, kecuali Imam Ahmad bin Hanbal.
IV.D. Al Khamsah
Yaitu lima perawi yang tersebut pada As Sab'ah, kecuali Imam Bukhari dan Imam Muslim.
IV.E. Al Arba'ah
Yaitu empat perawi yang tersebut pada As Sab'ah, kecuali Imam Ahmad, Imam Bukhari dan Imam Muslim.
IV.F. Ats tsalatsah
Yaitu tiga perawi yang tersebut pada As Sab'ah, kecuali Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim dan Ibnu Majah.
IV.G. Perawi
Yaitu orang yang meriwayatkan hadits.
IV.H. Sanad
Sanad berarti sandaran yaitu jalan matan dari Nabi Muhammad SAW sampai kepada orang yang mengeluarkan (mukhrij) hadits itu atau mudawwin (orang yang menghimpun atau membukukan) hadits. Sanad biasa disebut juga dengan Isnad berarti penyandaran. Pada dasarnya orang atau ulama yang menjadi sanad hadits itu adalah perawi juga.
IV.I. Matan
Matan ialah isi hadits baik berupa sabda Nabi Muhammad SAW, maupun berupa perbuatan Nabi Muhammad SAW yang diceritakan oleh sahabat atau berupa taqrirnya.

V. Beberapa kitab hadits yang masyhur / populer

1. Shahih Bukhari
2. Shahih Muslim
3. Riyadhus Shalihin

Sambil ngenet, dengerin yuukk.. ^_^

Listen to Quran